Vira, Siswi SMK Negeri 2 Kudus Juarai Bidang Tulis Dan Baca Cerpen Dalam Ajang FLS2N
Diposting oleh : Abdul Kholiq Noor
Kategori: OSIS - Dibaca: 154 kali
Kudus, Jawa Tengah, smkn2kudus.com (27/7) Vira panggilan akrabnya, gadis yang mulai tertarik menulis ketika mengikuti pelatihan jurnalistik dan bergabung dengan tim jurnalistik SMK N 2 Kudus. Anak pertama dari pasangan Kusdiyono dan Rina Sunarti lebih gemar menulis fiksi karena menurutnya bisa mengotak-atik kata dengan bebas.
Gadis yang juga tergabung dalam teater saka SMK Negeri 2 Kudus ini mengawali karir menulisnya dengan menulis drama. Setelah sukses dengan beberapa naskah, drama, Vira pun mencoba menulis cerpen dan mengirimkannya ke majalah sekolah dan tulisanya pun mendapat respon positif dari Bapak/Ibu guru.
Mengikuti lomba menulis dan membaca cerpen adalah pengalaman pertama gadis manis asal Kandangmas tersebut dan alhamdulillah Vira menggondol juara I bidang tulis dan baca cerpen dalam ajang FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) SMK tingkat Kabupaten yang dilaksanakan 27 Juni 2016 di SMK 1 PGRI Kudus.
Puji syukur pada Allah saya mewakili Kudus untuk mengikuti lomba ke tingkat Provinsi Jawa Tengah, saya berharap mendapat hasil maksimal dan bisa mengikuti lomba FLS2N tingkat Nasional di Manado bulan September nanti. Ucap Vira kepada smkn2kudus.com.
Tambahnya, dalam acara FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) di ikuti 14 SMK Negeri maupun Swasta di Kabupaten Kudus dengan 3 cabang lomba yang diselenggarakan yaitu: menyanyi solo, cipta dan baca puisi, serta tulis dan baca cerpen.
Biodata
Nama lengkap : Vira Oktaviana
Panggilan : Vira
TTL : Kudus, 8 Oktober 1999
Alamat : Kandangmas RT 3/RW 3 Dawe Kudus
Orang tua : Kusdiyono & Rina Sunarti
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Hoby : Membaca
Titik Terendah
(Korupsi)
Aku bersujud di sebuah masjid indah nan megah. Berdesak-desakan.Mataku hanya tertuju pada sebuah sajadah dan mulutku terus komat-kamit memanjatkan do’a.Memohon ampunan kepada tuhan atas segala kesalahanku.
“Ya, aku tahu.Akulah manusia dengan setumpuk dosa”, kataku dalam hati.
Aku terus merendah di hadapan-Nya. Meski aku sendiri tidak yakin bila dosaku akan terampuni.
Dalam sujudku, tiba-tiba aku terbangun di sebuah tempat yang entah di mana.Hanya ada aku dan sesosok misterius.Seorang laki-laki tua berhidung mancung dengan rambut putih memenuhi dagunya.Badan kurusnya terbungkus rapi oleh jubah panjang lengkap dengan sorban di kepalanya.
“Di mana aku?Apakah itu yang namanya malaikat?Benarkah aku telah mati?” pertanyaan demi petanyaan terus berkecamuk dalam dadaku.
“Kalau ia adalah malaikat, mengapa membawa anjing?”, aku terus menatapnya dengan bingung.
Ia tersenyum. Tapi aku hanya berdiri mematung melihatnya tanpa membalas senyumnya.Kakek itu berjalan menghampiriku dengan menarik tali anjingnya.Keringat dingin terus menetes. Aku semakin ketakutan karena ia menyodorkan tali itu kepadaku.
“Tafadhol ya ukhti”, kata kakek itu dengan terbata-bata.
“Apa maksudnya?”, aku semakin tidak mengerti.
Namun ia terus mengulang kata itu. tafadhol, tafadhol, tafadhol, sambil tersenyum. Aku masih tidak mengerti karena aku belum pernah belajar bahasa Arab sebelumnya.Dengan cepat kakek itu meraih tanganku dan memberikan tali itu padaku.
Bagai debu yang tersapu badai.Kakek itu dengan cepat menghilang dari pandanganku.Meninggalkan aku dan hewan peliharaannya.Anjing yang tadinya terlihat lucu tiba-tiba berubah.Matanya memerah dan menatapku tajam seolah ingin menerkam.
“Tidaaaaaaaaaak!!!”, teriakku sambil melepaskan tali anjing dari tanganku.
Aku terus berlari menjauh, tapi anjing itu tetap mengejarku.Menyalak-nyalak dan terus menjulurkan lidah.Semakin cepat aku berlari dan tenagaku mulai terkuras.Tanpa berpikir panjang aku masuk ke sebuah gedung tua.Dengan nafas terengah-engah aku menyandarkan tubuhku di tembok.Matahari pun kembali ke tempat persembunyiannya.
“Tak ada pilihan lain. Aku harus bermalam di sini”, kataku dalam hati
Meski tanpa penerangan aku harus tetap bertahan.Aku juga tak peduli bila nyamuk-nyamuk berpesta meminum darahku.Yang penting aku tidak mau mati konyol karena gigitan anjing.
Tak terasa hari sudah pagi, aku segera mencari jalan pulang.Kumenyusuri jalanan setapak penuh kerikil.Rumah megah berhalaman luas bak istana itu adalah rumahku.Segera aku membersihkan diri dan beristirahat di kasur springbed-ku yang dari semalam tak kutiduri.
“Inilah surga dunia”, kataku sambil merebahkan diri.
Di rumah ini aku tinggal seorang diri setelah suamiku meninggal dua tahun lalu karena penyakit paru-parunya. Aku juga tidak punya anak sama sekali. Jadi, aku bisa dengan bebas menghabiskan hartaku tanpa harus memikirkan biaya sekolah dan tetek bengek-nya itu.
Bagai burung yang terlepas dari sangkar, aku bebas ke sana ke mari menghabiskan kekayaanku. Aku tak peduli jika nantinya aku harus berurusan dengan KPK.Yang penting aku bahagia.
Pagi yang cerah, tapi tak secerah pikiranku. Tiba-tiba aku merasa takut dengan apa yang telah kulakukan selama ini.
“Kenapa ya?Kok tiba-tiba aku merasa takut”, tanyaku dalam hati.
Kutepis rasa takutku dan kubulatkan niatku untuk pergi ke kantor. Di tengah perjalanan, anjing itu muncul lagi.Aku tak peduli, justru aku semakin berniat untuk menabraknya.
“Hahaha… Mati kau anjing! Siapa suruh mengejarku kemarin”, kataku dengan pongah.
Sampai di kantor aku segera menaruh tasku di meja dan menunggu pekerjaan hari ini. Bosku mengetuk pintu ruanganku dan aku segera membukanya.
“Cepat buat laporannya sekarang!”, kata bosku.
“Siap bos!”, jawabku.
Seperti biasa, segera kubuat data-data palsu keuangan. Lumayan kan untungnya bisa masuk kantong. Tanpa berpikir panjang aku segera membuatnya.Tapi lagi-lagi aku dihantui sosok anjing yang menatapku tajam dengan mata merahnya.Aku berusaha tak mempedulikannya.
Pintu ruanganku dibuka.Kukira bosku yang datang.Tapi ternyata segerombol anggota KPK yang ingin menangkapku.Aku digiring ke mobil.Bayangan anjing itu hadir seolah mengejekku dan merasa puasa karena aku telah tertangkap.
Kali ini aku benar-benar pasrah.Surgaku telah diambil dan istana megahku berubah menjadi sebuah ruangan kecil, gelap, dan penuh jeruji besi.
“Aku menyerah Tuhan.Aku pasrah dengan apa yang telah Engkau beri”, kataku sambil terisak.
Anjing itu kembali menghampiriku dengan menggigit sebuah sajadah di mulutnya.“Tafadhol”.Bayang-bayang kakek itu kembali hadir.Perlahan, kumulai mengambil sajadah itu dan mendekapnya.
“Maafkan aku, Tuhan.Selama ini aku tidak pernah merendah di hadapan-Mu.Tak pernah bersujud kepada-Mu.Aku sadar sekarang, sejatinya hanya kepada Engkaulah aku meminta.Dan aku harus mensyukuri setiap nikmat yang Engkau beri.” AKN/red
- Koramil 07/Dawe, Tanamkan Disiplin Siswa Melalui PBB
- "Uji Kecakapan" Rangkaian Kegiatan Akhir Tahun PMR Wira SKADA
- Setyowati Atlet Atletik Putri SMK Negeri 2 Kudus Yang Juga Jago Karate
- Zaka Zulkarnain Mutiara Fisika SMK Negeri 2 Kudus
- ON The Track Stick Tongkat Ajaib Karya Siswa SMK 2 Kudus Untuk Kaum Difabel