•  
  • Selamat Datang Di SMK Negeri 2 KUDUS
Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-71, semoga kita betul - betul MERDEKA dari segala bentuk penjajahan ☺
Kamis, 19 Mei 2016 - 09:10:25 WIB
"Water Visibility Detector" Peroleh Hak Paten dari Kemenkumham RI
Diposting oleh : Abdul Kholiq Noor
Kategori: Artikel - Dibaca: 639 kali

Kudus, Jawa Tengah, smkn2kudus.com (19/5) SMK Negeri 2 Kudus baru-baru ini mengajukan paten untuk perangkat khusus yang digunakan sebagai pendeteksi kekeruhan air. Paten tersebut menggambarkan prosedur dan penggunaan alat khusus untuk membantu orang-orang dipegunungan dalam mendeteksi kekeruhan air.

Dalam paten tersebut, SMK Negeri 2 Kudus menjelaskan jika nantinya pengguna akan mendeteksi air dengan alat yang dilengkapi dengan sensor. Sensor ini akan memberikan sinyal apakah air itu dalam keadaan keruh atau jernih.

Alat yang diberi nama “Water Visibilty Detector” tersebut digadang-gadang sebagai alat yang bakal membantu warga Kudus dan sekitarnya khususnya warga lereng Muria. Water Visibilty Detector sebuah alat yang terdiri dari sensor dan perangkat. Sensor diletakannya di dalam sumur, sementara perangkatnya bisa diletakan di mana saja. Cara kerjanya, sensor akan memberikan sinyal apakah air di dalam sumur itu dalam keadaan keruh atau jernih. Sinyal yang diberikan sensor akan diteruskan ke perangkat yang terhubungan dengan mesin pompa.

"Kalau airnya jernih sensor bekerja dan air bisa mengalir. Kalau airnya keruh sensor tidak bekerja dan mesin pompa otomatis akan mati," ucap Dimas selaku pencipta alat tersebut.

Dimas juga meletakkan lampu indikator di perangkat, jika lampu yang menyala berwarna hijau maka sensor bekerja, namun jika lampu yang menyala berwarna merah artinya sensor mati. "Di perangkat itu sudah ada indikator berupa lampu. Jadi bisa dimatiin bisa dinyalain," ucap siswa yang bercita-cita ingin menjadi peneliti ini.

Temuan Dimas itu sudah diaplikasikan di rumahnya dan di sekolah. Dia juga sering mengikuti pameran, bahkan di pameran alat deteksi air ini banyak diminati pengunjung.
"Pas di pameran banyak yang bilang ini bagus Dek, dijual berapa?" kisah Dimas sambil tertawa.

Menurut Dimas pembuatan alat ini tidak membutuhkan biaya yang besar. Dia hanya menghabiskan biaya Rp 100-200 ribu. "Biayanya murah dan sekarang masih terus disempurnakan," ucapnya. AKN/red